Jika kau tanya padaku apa aku bahagia, maka aku pun akan bertanya, kapan?
Dulu di sebuah tempat, aku bisa terbang. Memang tidak seluas langit dan aku mampu mencapai ke sudut-sudut yang ada. Ya, karena tempat itu tidak luas. Sangat tidak luas.
Sesekali aku di keluarkan dari tempat itu. Tapi masih tidak bisa menggapai langit. Kakiku di rantai dan menimbulkan kesakitan kala aku terbang. Aku hanya berputar-putar di sekeliling eampatku di rantai. Berkicau, hanya untuk memanggil teman. Teman-temanku tahu perasaanku di sini. Sebagian mungkin. Tapi yang lain tak tahu tangisanku mengiring kala malam.
Kini aku bisa terbang lebih jauh, tapi masih tidak dapat menyentuh langit. Sangkarku hanya di besarkan tanpa mengurangi fakta bahwa aku hanyalah burung dalam sangkar. Setidaknya kakiku tidak dirantai. Setidaknya aku dibiarkan sendirian, tidak ditemani pengasuh seperti dulu lagi. Setidaknya itulah yang kusebut kebebasanku. Kebebasan yang tak sedikitpun menyentuh makna bebas.
Di bawah atap ini aku masih mengimpikan langit. Masih bermimpi untuk terbang menjelajah semesta. Bermimpi bertemu bintang, bulan, asteroid, komet, dan nebula. Karena mereka tinggi, melewati batas langit. Mereka adalah cermin kebebasan yang kuimpikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar